Pengertian Cerita Rakyat
Macam-macam cerita dapat digolongkan beberapa jenis cerita salah
satu cerita rakyat. Menurut Zuchdi dan Budiasih (2001: 100) cerita rakyat merupakan cerita yang alurnya mirip dengan legenda, mengungkapkan sebuah penyelesaian masalah secara baik dan adil.
Cerita Rakyat adalah salah satu bentuk folklor lisan.
Abrams (Itadz, 2008: 69) menjabarkan bahwa cerita rakyat yang dalam bahasa Inggris disebut folktale adalah narasi pendek dalam bentuk prosa yang tidak diketahui pencitanya dan tersebar dari mulut ke mulut.
Menambahkan pendapat mengenai cerita rakyat, Oemar (1986: 1) menyatakan bahwa cerita rakyat adalah bentuk penuturan ceritera yang pada dasarnya tersebar secara lisan dan diwariskan turun temurun di kalangan masyarakat penduduk secara tradisional.
Mengenai pengertian cerita rakyat banyak sekali pendapat dari para ahli,
Rampan (2014: 1) mengemukakan: Cerita rakyat adalah cerita yang hidup di dalam lingkungan kolektif tertentu. Diangkat dari istilah bahasa Inggris folktale. Dalam kancah keilmuan, cerita rakyat dikenal dalam sebutan Inggrisnya sebagai folklore yang merujuk bahwa cerita rakyat milik suatu masyarakat tertentu yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Di dalam masyarakat itu, terdapat tradisi kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun dan dipelihara masyarakatnya secara kolektif di dalam varian-variannya yang sangat luas. Folklor bukan hanya berupa cerita rakyat yang disimpan di dalam berbagai bentuk cerita, melainkan meliputi juga berbagai hal lainnya seperti berbagai isyarat, alat pembantu pengingat, nyanyian, permainan anak-anak, peribahasa, cerita, teka-teki dan sebagainya yang dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa cerita
rakyat adalah cerita yang dimiliki suatu masyarakat tertentu yang didalamnya terdapat tradisi kebudayaan yang diwariskan secara turun temurun tanpa diketahui pengarangnya karena penyebarannya melalui lisan. Setiap kebudayaan memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat digunakan untuk menerangkan suatu masyarakat, sejarah, dan gejala alam yang terjadi di daerahnya masing-masing.
Cerita rakyat termasuk ke dalam folklor lisan. Cerita rakyat yang
disebarkan melalui lisan dengan versi cerita yang berbeda-beda. Bascom (Danandjaja, 2002: 50–51) mengemukakan bahwa cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
- mite (myth),
- legenda (legend),
- dongeng (folkate).
Lebih lanjut Bascom mengatakan bahwa dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat.
Cerita yang tidak dianggap benar terjadi disebut dongeng. Hal ini senada dengan pendapat Danandjaja (2002: 83) berpendapat, “Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.”
Mengacu beberapa pendapat di atas dapat disintesiskan bahwa
dongeng merupakan prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Dongeng diceritakan memiliki tujuan untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan dan sikap positif dengan cara menghibur. Pendapat mengenai tujuan dan pentingnya sebuah dongeng untuk menanamkan nilai pendidikan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedardi (2015: 211–220), mengemukakan bahwa dongeng merupakan salah satu media komunikasi yang mampu menanamkan pendidikan karakter. Melalui media dongeng mampu menjadikan masyarakat lebih aktif dan arif dalam berinformasi.
Jenis-Jenis Dongeng
Terdapat beberapa jenis dongeng yang dapat menjadi pilihan untuk
diceritakan kepada anak. Danandjaja (2002: 86) membagi jenis-jenis dongeng menjadi empat, berikut penjelasannya:
- Dongeng binatang atau yang biasa disebut dengan fabel adalah cerita dengan tokohnya binatang yang dapat berbuat layaknya manusia. Binatang-binatang ini dapat berupa binatang peliharaan maupun binatang liar. Mereka dikisahkan dapat berbicara dan berakal budi layaknya manusia. Contohnya, yaitu kisah kancil dan kura-kura.
- Dongeng biasa adalah dongeng yang ditokohi oleh manusia yang biasanya mengisahkan tentang suka duka kehidupan seseorang. Contohnya keong Mas, Ciung Wanara, Bawang Merah Bawang Putih, dan sebagainya.
- Lelucon atau anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan gelak tawa penikmatnya. Lelucon memiliki perbedaan dengan anekdot, yaitu jika anekdot menyangkut kisah fiktif lucu pribadi seorang tokoh atau beberapa tokoh, yang benar-benar ada, sedangkan lelucon adalah kisah fiktif lucu anggota suatu kolektif, seperti suku, bangsa, golongan, dan ras.
- Dongeng berumus adalah dongeng-dongeng yang disebut formula tales dan strukturnya terdiri dari pengulangan. Bentuk-bentuk dongeng berumus yakni dongeng bertimbun banyak, dongeng untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang tidak mempunyai akhir. Dongeng-dongeng yang termasuk klasifikasi cerita rakyat (folkliterature) yang merupakan bagian dari kebudayaan rakyat (Waluyo, 2011)
Mengetahui besarnya manfaat dan jenis dongeng, maka dongeng sangat perlu untuk dilestarikan. Selain itu, cerita rakyat kini telah disediakan dalam bentuk tulis. Tujuannya adalah agar cerita rakyat tidak ketinggalan zaman dan lebih mudah untuk dilestarikan. Pelestarian cerita rakyat melibatkan seseorang agar cerita tersebut mampu berkembang dan lestari.
Cara untuk melestarikannya dapat melalui pendidikan yang ada di sekolah.
Hal tersebut juga dikemukakan oleh Rahim, Nik, dan Awang (2017:
32–36) dalam jurnal TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology yang menyatakan:
The results of the study implicates learners in finding values in the folklore. Hence, by disseminating the folklore, learners will also be able to disseminate the values from the stories and adapt the values in their everyday lives. Also, the study implicates educators and researchers in empowering the folklore through researches and
studies.
“Hasil penelitian tersebut melibatkan peserta didik dalam mencari
nilai dalam cerita rakyat. Oleh karena itu, dengan menyebarluaskan
cerita rakyat, peserta didik juga bisa menyebarkan nilai dari cerita
dan mengadaptasi nilai-nilai yang ada di dalamnya untuk kehidupan sehari-hari. Selain itu, penelitian ini melibatkan pendidik dan peneliti untuk memberdayakan cerita rakyat Penelitian dan studi.”
Jenis-jenis dongeng yang telah disebutkan di atas, cerita rakyat
Damarwulan termasuk dalam jenis dongeng biasa. Cerita Damarwulan mengisahkan tentang suka duka mempertahankan kraton Majapahit. Cerita tersebut di dalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang bermanfaat bagi anak-anak. Nilai Pendidikan karakter yang paling ditekankan pada cerita tersebut adalah kejujuran. Hal tersebut diperlihatkan saat Patih Logender beserta kedua anaknya yaitu, Layang Seta dan Layang Kumitir yang mengatakan kepada Ratu Ayu Kencana Wungu seolah-olah merakalah yang sudah berhasil membunuh Menak Jingga. Bukti yang dibawa Layang Seta dan Layang Kumitir berupa mahkota Menak Jingga yang berhasil mereka curi dari Damarwulan.
Sesungguhya Damarwulanlah yang benar-benar berhasil membunuh Menak Jingga dengan bantuan kedua istri selir dari Ratu Blambangan tersebut. Pada akhirnya kejujuranlah yang menang.
Berikut cerita dari contoh cerita rakyat Damarwulan. Mulai dari peperangan yang dikarenakan Ratu Ayu Kencanawungu menolak lamaran dari Menak Jingga. Adanya penolakan tersebut, Menak Jingga menyuruh para pasukannya untuk merebut Majapahit. Sedikit demi sedikit daerah sebelah timur Majapahit berhasil dikuasai oleh pasukan dari Blambangan.
Tinggal satu daerah lagi yang belum dikuasai untuk dapat masuk ke
Majapahit yaitu kota Lumajang. Lumajang merupakan kota yang paling dekat dengan kerajaan Majapahit. Untuk masuk ke Majapahit pasti melewati Lumajang. Ratu Ayu Kencanawungu kemudian mengadakan sayembara barang siapa bisa menangkap atau membunuh Menak Jingga akan diberikan penghargaan yang setimpal. Akhirnya setelah beberapa bulan datanglah seorang pemuda yang berani mengambil sayembara tersebut. Pemuda itu adalah Damarwulan. Setelah itu, Damarwulan dengan bekal ilmu dan ketrampilannya berhasil mengalahkan Menak Jingga. Bukti kalau Damarwulan berhasil membawa mahkota yang dipakai Menak Jingga dibawa ke hadapan Ratu Ayu Kencanawungu. Akhirnya Damarwulan dijadikan suami Ratu Ayu Kencawungu dan menjadi Raja Majapahit.
Teori cerita rakyat yang telah dijelaskan, relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2015: 11) yang berjudul Analisis Struktural dan Nilai Edukatif Cerita Rakyat di Kabupaten Klaten, yang meneliti tentang struktur cerita rakyat dan nilai edukatif yang terkandung di dalam cerita rakyat yang dianalisis. Dari penelitian tersebut kajian yang dilakukan dan objek cerita rakyatnya. Yulianti menganalisis struktur dan nilai edukatif yang terkandung di dalam cerita rakyat berbahasa Jawa. Yulianti menggunakan cerita rakyat asli Kabupaten Klaten.
Teori tentang cerita rakyat tersebut berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan Musdalifa (2016: 1–17), dalam jurnal Humanika dengan judul “Nilai-nilai Budaya dalam Tiga Cerita Rakyat Tolaki (Pendekatan Sosiologi Sastra)” yang meneliti tentang nilai-nilai budaya yang ada dalam cerita rakyat Tolaki melalui pendekatan sosiologi sastra. Dari penelitian tersebut adalah kajian penelitian dan objek cerita rakyat. Musdalifa mengkaji nilai-nilai budaya dalam tiga cerita rakyat Tolaki dalam buku prosa dengan melalui pendekatan sosiologi sastra. Musdalifa menggunakan cerita rakyat asli suku Tolaki.